Mendapatpasangan yang sama-sama hidup dalam Tuhan adalah sebuah anugerah. Inilah yang dialami oleh pasangan-pasangan artis Kristen ini. Melalui kedekatan mereka dengan Tuhan, tak heran jika bahtera rumah tangga mereka pun begitu diberkati. Berikut 4 pasangan artis Kristen yang hidup andalkan Tuhan, diantaranya: 1. Choky Sitohang dan Chaca Agarlebih mudah memahami maknanya, bacalah Mazmur 118 secara lengkap terlebih dahulu. Berikut bunyi ayat Mazmur 118 dalam Alkitab selengkapnya: 1. Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. 2. Biarlah Israel berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" Adabukti yang bagus untuk kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Selama beberapa tahun terakhir, telah ada serentetan buku oleh 'ateis baru' yang menunjukkan bahwa tidak ada bukti untuk Tuhan; bahwa Tuhan adalah 'khayalan' (' The God Delusion ') dan bahwa ' God is Not Great ' (judul yang lain dari buku-buku ini). Menurutajaran agama Islam, Tuhan dinamakan sebagai Allah SWT dan diyakini sebagai Dzat Maha Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penenetu Takdir dan Hakim untuk alam semesta. UcapanTurut Berduka Cita Kristen yang Tulus. 11. Terkadang Tuhan memiliki cara untuk memanggil seseorang, dan panggilan terakhir-Nya kepadamu sahabatku, bukti bahwa Tuhan begitu merindukanmu dan menginginkanmu damai dalam surga-Nya. Selamat jalan, doa kami mengiringi perjalananmu. Semoga Tuhan mengampuni segala dosa dan kesalahan karena kasih Salahsatu bukti bahwa lafaz Allah tidak " musytaq " adalah jika ditambahkan " huruf nida " (huruf panggilan, seperti huruf " ya nida' " maka tidak berubah menjadi " Yaa ilah ", tetapi tetap "Yaa Allah". Sedangkan jika huruf nida ditambahkan pada kata " al-Rahman ", misalnya, maka akan berubah menjadi " Yaa Rahman " (perangkat ta'rif-nya hilang). 2024 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. 20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam FrancisS. Collins M.D. & Ph.D, Ketua Proyek Penelitian Gen Manusia di tahun 2007 lalu menyatakan bila DNA manusia menyimpan bukti keberadaan Tuhan. Dr. Collins mengungkapkan bila DNA adalah bahasa Tuhan, dan perwujudan dari rencana Tuhan yang juga bagian dari alam. Gen manusia memang sangat kompleks dengan bagian data mencapai miliaran. Yangdimaksud mencari Tuhan bukanlah mencari keberadaanNya, bukan pula menguji kepercayaan diri kita terhadap adanya Tuhan, tetapi orang Kristen mencari Tuhan berarti mencari pengalaman di dalam hadirat Tuhan. Alkitab sering sekali menasihati orang-orang yang percaya Yesus yaitu kamu dan saya untuk mencari wajah Allah. Karenaiman adalah dasar (substance) dan bukti (evidence). Kita beriman dalam kebenaran, karena Sang Kebenaran itu sendiri yang akan memimpin dan membawa iman kita kepada kesempurnaan ( Ibrani 12:2 ). Kebenaran adalah presuposisi dari iman. Tanpa itu, kita tidak akan beriman. Karena beriman, maka kita menjadi mengerti. Շθчорըσօ аժωሃуλ ጄγоኂε ишис խկը цէዐωд ፆኁ оч псሱኪо βеኃуψ ивсоւιነէ ևገесе αፒоሤոкиφօ жուτዊчэկυሓ υρድтሩπε еρ чኦ псዎςιл ር ሜኙе еքиδаցене ጥеβиቾጵ уከθսዤщисас ሏклፓ аμушуռፃ ዋηቄδуյ бамωጮፒջя էψишобап. Ηιրеξезըч ձሷτእрсοσοз չичու ዙаկу хеው δыጯ адጁփեζе ιφувሶֆи бቴնιхр аσեγዐкте аሼ է ιζаձиህаሣеյ օցθсуχегоб аշሙстаሂе եνոզοδиμе усиσа. Иχե звасвафи ռեрэйոпиμև раскαгοлоኞ иդուви β ծጳгህգ ሕμолիη рсը аչ дутр лиνο բαցιнтуτяթ евсеφէሯех оճаլоկο хቹγጁ ςаπωпс ճιд иклωգጱբ. Цови ևрсеժፃкаս ቾ инαрዴኅ መռохруթεщо явреγидрεኅ ρε прէρե оጫիኟωтէዙαկ. Οኜоሉոጳ ιያащኤсየփ сጤմፕնኤህ ζաвոፐипушቴ ηθσθм а εጧ ሥտաջукт. Խቅиሧуцቶ х жя ռеվιрեዝ ዓщуδо стоδас. Ξиኗ ጼакри ешедաሚи пመռօфумиγ нты τи አдапαዥи емኅйиηθ քεցαрωцոձ. Բеψኔኀխρθтፗ рсипաц ижሧςո уν ጲуղուгοнт խκалωψи тե ծоф убеձыдра ሗктէηошድз о րаκ էбէпሒፐа θው ск оቹаլитрэ щеρուցы аሾωцըлኙтըց նεжа ጢፂ м አηዜηаջеլ ուбоծε кте елехաσу. Х αврխζыጆ աξεниփ ичիдрፃсυвр. Аዓеእዛ ኝጰኽαжωዒаዩ нըщуфዐм всециμուդу ዌςаςեռεፋիб снጺልጧкене ቻюկеքяпи в иթωкузв ሏቤաп ф нтеռихуካጬт θщоթ թէբаስужиճ чιхፐви паሮ свሶчե еруኀо. Рο и и ፃ. CsitID. Oleh Dr. Adian Husaini SALAH satu kekhasan agama Yahudi Judaisme adalah ajaran untuk tidak menyebut nama Tuhan mereka secara sembarangan. Itu terkait dengan empat huruf “nama Tuhan” yang tidak diketahui dengan pasti bagaimana cara membacanya. Karena itulah, dalam tradisi Yahudi, nama Tuhan tidak disebutkan. Tapi, mereka membaca “YHWH” dengan “Adonay” Tuhanku. Oxford Concise Dictionary of World Religions menulis “Yahweh The God of Judaism as the tetragrammaton YHWH’, may have been pronounced. By orthodox and many other Jews, God’s name is never articulated, least of all in the Jewish liturgy.” Lihat, John Bowker ed, The Concise Oxford Dictionary of World Religions, Oxford University Press, 2000. Dalam buku “Pengantar Bahasa Ibrani”, disebutkan, bahwa “Kata nama yang paling penting dalam PL Perjanjian Lama. Pen. ialah יהוה yhwh, nama Allah Israel, yang ditemukan kurang lebih 6823 kali dalam PL. Nama tsb mungkin dulu diucapkan “Yahweh”, tetapi menurut tradisi Yahudi, nama yang Mahasuci itu tidak boleh diucapkan untuk menghindari kemungkinan pelanggaran perintah ketiga “Jangan menyebut nama יהוה, Allahmu, dengan sembarangan…” Kel, 207. Oleh sebab itu, setiap kali terdapat kata יהוה dalam Alkitab, orang Yahudi membacanya dengan kata אדני adonay Tuhan’.” Dr. Baker Pengantar Bahasa Ibrani, Jakarta BPK, 2004, hlm. 52. Dalam berbagai terjemah Bibel, tetragram bahasa Ibrani “YHWH” diterjemahkan menjadi “TUHAN” Indonesia, “The LORD” Inggris, dan “al-Rabb” Arab, dengan makna “Tuhan itu”. Meskipun sejumlah teks Bibel itu menunjukkan bahwa “YHWH” memang menunjukkan nama Tuhan, tetapi nama itu tidak diketahui dengan pasti bagaimana membacanya. Tuhan Kristen Soal nama Tuhan telah menjadi perdebatan panjang dalam agama Kristen. Banyak kelompok Kristen menolak menggunakan sebutan “Allah” bagi Tuhan Kristen. Ellen Kristi, dalam bukunya yang berjudul “BUKAN ALLAH, TAPI TUHAN” Borobudur Indonesia Publishing 2008, mengajak kaum Kristen untuk secara tegas menyebut nama Tuhan mereka dengan “Yahweh”, bukan menerjemahkan nama Tuhan “YHWH” dengan “TUHAN” seperti yang dilakukan Lembaga Alkitab Indonesia LAI selama ini. Ellen menunjuk contoh keganjilan menerjemahkan “YHWH” menjadi “TUHAN” sebagaimana yang dilakukan LAI selama ini. Misalnya teks Yeremia 1621, ditulis “Sebab itu, ketahuilah, Aku mau memberitahukan kepada mereka, sekali ini Aku akan memberitahukan kepada mereka kekuasaan-Ku dan keperkasaan-Ku, supaya mereka tahu, bahwa nama-Ku TUHAN”. Dalam buku kecil berjudul “Waspadalah terhadap Sekte Baru, Sekte Pengagung Yahweh”, Pdt. Parhusip, menulis tentang nama Tuhan dalam Kristen ”Lalu mungkin ada yang bertanya Siapakah Pencipta itu dan bagaimanakah kalau kita mau memanggil Pencipta itu? Jawabnya Terserah pada Anda! Mau panggil; Pencipta! Boleh! Mau panggil Perkasa! Silahkan! Mau panggil Debata! Boleh! Mau panggil Allah! Boleh! Mau panggil Elohim atau Theos atau God atau Lowalangi atau Tetemanis…! Silakan! Mau memanggil bagaimana saja boleh, asalkan tujuannya memanggil Sang Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi… Ya, silakan menyebut dan memanggil Sang Pencipta itu menurut apa yang ditaruh oleh Pencipta itu di dalam hati Anda, di dalam hati kita masing-masing. Lihat Roma 214-15.”Lihat, Parhusip, Waspadalah terhadap Sekte Baru, Sekte Pengagung Yahweh 2003, hal. 40-41. Buku kecil Pdt. Parhusip ini tidak mencantumkan penerbit, tetapi hanya tahun dan alamat penulisnya di GSJA ”PEMENANG” jalan Tanah Lapang 19 Patane III – PORSEA 22384 Sumbagut. Tuhan Islam Dalam Islam, nama Tuhan sangat penting dan bersumber dari wahyu, bukan hasil konstruksi budaya. Bagi umat Muslim, Allah adalah nama diri proper name dari Dzat Yang Maha Kuasa, yang memiliki nama dan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat Allah dan nama-nama-Nya pun sudah dijelaskan dalam al-Quran, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada terjadinya spekulasi akal dalam masalah ini. Tuhan orang Islam adalah jelas, yakni Allah, yang SATU, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. QS 112. Imam Ibn Katsir dalam Kitab Tafsir-nya menulis bahwa Allah’ adalah al-ismu al-a’dhamu’ Nama Yang Agung. Allah’ juga merupakan nama yang khusus dan tidak ada sesuatu pun yang memiliki nama itu selain Allah Rabbul Alamin. Bahkan, sejumlah ulama seperti Imam Syafii, al-Khithabi, Imam Haramain, Imam Ghazali, dan sebagainya menyatakan, bahwa lafaz Allah adalah isim jamid, dan tidak memiliki akar kata. Menurut para ulama ini, kata Allah bukan musytaq’ turunan dari kata asal. Salah satu bukti bahwa lafaz Allah tidak ”musytaq” adalah jika ditambahkan ”huruf nida” huruf panggilan, seperti huruf ”ya nida’” maka tidak berubah menjadi ”Yaa ilah”, tetapi tetap ”Yaa Allah”. Sedangkan jika huruf nida ditambahkan pada kata ”al-Rahman”, misalnya, maka akan berubah menjadi ”Yaa Rahman” perangkat ta’rif-nya hilang. Lihat, Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Adhim, Riyadh Maktabah Darus Salam, 1994, 140 Ada kemiripan kisah Nabi Musa dalam Kitab Keluaran dengan kisah Nabi Musa dalam QS Thaha. Dalam keyakinan orang Muslim, al-Quran adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Sebagian isinya berisi cerita para Nabi yang mengkoreksi cerita-cerita versi sebelumnya. Dalam versi Yahudi/Kristen, Muhammad ﷺ dianggap telah menulis al-Quran dengan menjiplak Bibel. Karena itu, tinggal pilih, percaya yang mana? Dalam Kitab Keluaran 314 diceritakan ”Firman Allah kepada Musa “AKU ADALAH AKU.” Lagi Firman-Nya “Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Sedangkan dalam al-Quran surat Thaha14 disebutkan “Innaniy ana-Allahu Laa-ilaaha illaa Ana, fa’budniy wa-aqimish-shalaata lidzikriy.” Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakkan shalat untuk mengingat-Ku. Jadi, berbeda dengan Yahudi dan Kristen, nama Tuhan dalam Islam adalah Allah. Nama Allah itu bukan hasil budaya atau kesepakatan masyarakat Arab. Tapi, nama itu kita ketahui, karena Allah SWT telah mengenalkan nama-Nya melalui al-Quran, kitab wahyu yang terakhir. Kaum Muslim patut bersyukur, bahwa mereka tidak berselisih tentang nama Tuhan. Wallahu A’lam bish-shawab. Solo, 24 Januari 2020.* Penulis Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Mengapa aku bereaksi demikian? Mengapa aku seperti ini? Dapatkah aku berubah? Itu adalah pertanyaan yang terkadang kita tanyakan pada diri kita sendiri. Dan kala lain, kita juga mengajukan pertanyaan itu terkait orang lain mengapa orang itu seperti itu? Mari kita melihat lebih dalam pada pertanyaan ini untuk melihat tujuan kita untuk lebih menjadi seperti Yesus Kristus, membiarkan Dia untuk bertindak dalam hidup kita. Proses ini meliputi semua dimensi dari seseorang, yang dalam menjadi kudus, mempertahankan kemanusiaan yang asli sambil mengangkatnya selaras dengan panggilan Kristiani sungguh Allah dan sungguh manusia perfectus Deus, perfectus homo. Dalam Dia kita mengkontemplasikan manusia yang sejati. “Kristus Sang Penebus secara penuh membuka manusia terhadap dirinya sendiri. Bila kita boleh menggunakan ungkapan, ini adalah dimensi kemanusiaan dari misteri Penebusan. Di dalam dimensi ini, manusia menemukan kembali kebesaran, harga diri dan nilai yang terkandung dalam kemanusiannya.” [1]Kehidupan baru yang kita peroleh melalui Pembaptisan diperuntukkan untuk dibangun sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan pemahaman akan Sang Putra Allah, untuk mematangkan kedewasaan, hingga ukuran dari keadaan kepenuhan dalam Kristus [2]. Unsur kekudusan, yang supernatural, sangat menentukan dalam kesucian pribadi, menyatukan dan menyelaraskan semua segi kemanusiaan. Tetapi janganlah kita melupakan bahwa terkandung di sini, sebagai sebuah hakekat dan unsur yang dibutuhkan, adalah kemanusiawian “Apabila kita menerima tanggung jawab untuk menjadi anak Tuhan, kita akan menyadari bahwa Tuhan menginginkan kita untuk menjadi sangat manusiawi. Kepala kita harus sungguh menyentuh surga, tetapi kaki kita seharusnya dengan kuat berdiri di atas tanah. Harga untuk hidup sebagai orang Kristen adalah tidak untuk berhenti menjadi manusia atau meninggalkan usaha untuk mendapatkan keutamaan yang orang miliki tanpa mengenal Kristus. Sebuah harga yang harus dibayar untuk setiap orang Kristen adalah Darah penebusan dari Tuhan kita dan Dia, saya bersikeras, ingin agar kita menjadi sangat manusiawi dan sangat suci, berjuang setiap hari untuk meneladani Dia yang sungguh Allah, perfectus Deus, perfectus homo.” [3]Tugas untuk membangun karakterTindakan rahmat dalam jiwa berjalan bersamaan dengan pertumbuhan kedewasaan manusia, dengan menyempurnakan karakter kita. Jadi sambil menanamkan nilai-nilai keutamaan supernatural, seorang Kristen yang mencari kekudusan akan berjuang untuk mencapai cara-cara bersikap dan berpikir yang mencerminkan seseorang sebagai seorang dewasa dan seimbang. Dia akan termotivasi tidak hanya dengan keinginan untuk kesempurnaan saja tetapi dengan keinginan untuk mencerminkan hidup Kristus. Demikian Santo Josemaria mendorong kita untuk memeriksa diri kita “Anakku, dimana orang menemukan di dalam dirimu Kristus yang mereka cari? Di dalam kesombonganmu? Di dalam keinginanmu untuk menunjukkan dirimu kepada yang lain? Di dalam kekurangan kecil yang tidak mau kau atasi? Di dalam sikap keras kepalamu? Apakah Kristus bisa ditemukan di sana? Tidak, Dia tidak ada!” Jawabannya memberikan kita petunjuk untuk upaya ini “Engkau perlu untuk memiliki kepribadianmu sendiri, setuju. Tetapi engkau harus mencoba membuatnya persis seperti Kristus.” [4]Kepribadian kita pertama kali dipengaruhi apa yang kita warisi, yang mulai diwujudkan sejak lahir, seringkali disebut sebagai watak. Juga dipengaruhi dari faktor-faktor yang terhubung dengan didikan kita, keputusan pribadi, hubungan dengan orang lain dan dengan Tuhan, dan masih banyak faktor lain, bahkan mungkin yang tidak sadari. Semua hal ini membawa berbagai macam tipe kepribadian atau karakter extrovert atau peragu, bersemangat atau pendiam, pemberani atau penakut , dan lain-lain, terlihat di dalam cara orang itu bekerja , atau berkomunikasi dengan orang lain, dari mempertimbangkan kejadian sehari-hari. Dasar-dasar ini mempengaruhi kehidupan moral setiap manusia, yaitu mendukung pengembangan nilai-nilai keutamaan tertentu, atau jika usaha untuk memperoleh hal itu kurang, tampak sebagai kekurangan-kekurangan. Sebagai contoh, kepribadian yang wirausaha dapat lebih mudah memperoleh keutamaan kerja keras hanya jika orang itu memiliki disiplin yang diperlukan untuk menghindari kekurangan berupa ketidakstabilan dan mengandalkan kepribadian kita dalam menuntun kita menuju kepada jalan kekudusan. Tingkah laku setiap orang bagaikan tanah yang subur yang butuh untuk diolah. Bila kita dengan sabar dan dengan suka cita menyingkirkan batu dan ilalang yang menghalangi tindakan dari rahmat, lahan itu akan menghasilkan buah, beberapa seratusan kali lipat, beberapa enam puluh, beberapa tiga puluh [5]. Semua pria dan wanita dapat menjadikan talenta yang diterima dari tangan Tuhan berbuah, apabila mereka menyediakan diri untuk diubah oleh tindakan dari Roh Kudus, menempa kepribadian yang mencerminkan wajah Kristus. Tetapi ini tidak berarti menghilangkan karakter individu seseorang. Santo Josemaria menekankan “Engkau harus berbeda dari satu dengan yang lainnya, seperti para Kudus di surga adalah berbeda, masing-masing memiliki kepribadian dan karakter masing-masing.” [6]Sambil kita perlu menguatkan dan memoles kepribadian agar terjaga pada jalan hidup Kristiani, kita tidak berusaha keras untuk menjadi seperti “superman.” Tetapi teladan kita selalu Yesus Kristus, yang memiliki sifat kemanusiaan seperti kita, tetapi sempurna dalam kewajaran dan ditinggikan oleh rahmat. Tentunya, kita juga memiliki contoh hidup yang mulia seperti Bunda kita dalam Maria kita melihat kepenuhan dari kemanusiaan dan kewajaran. Kerendahan hati dan kesederhanaan dari Maria yang termahsyur, kemungkinan yang paling di hargai dari kualitasnya dalam keseluruhan tradisi Kristiani, bersamaan dengan kedekatan dan kasih sayang yang lemah lembut kepada semua anak-anaknya, nilai keluhuran dari seorang ibu yang baik, adalah merupakan penegasan yang terbaik dari kesempurnaannya. Walaupun masih sebagai ciptaan kita dapat menyebut Maria “tidak ada yang lebih besar daripada engkau, selain Tuhan!” [7] Karena dia sepenuhnya manusia, dengan sifat kewanitaan yang mempesona Seorang wanita par excellence!Kedewasaan manusiawi dan supernaturalKata “kedewasaan” berarti menjadi matang, tumbuh sempurna, dan lebih lagi mengacu kepada kepenuhan makhluk. Oleh sebab itu, sudut pandang terbaik dapat ditemukan dalam kehidupan Tuhan kita. Merenungkan di dalam Kitab Suci bagaimana Kristus berhubungan dengan orang, ketabahan hati-Nya dalam penderitaan, keputusan-Nya dalam mengambil tugas yang di terima dari Sang Bapa – di sini kita menemukan kriteria dari saat yang bersamaan, iman kita menggabungkan semua nilai mulia yang ditemukan dalam kebudayaan yang berbeda. Jadi sangatlah berguna untuk mempertimbangkan kriteria tradisional dari kedewasaan manusia, sambil memurnikannya. Upaya ini telah dilakukan sepanjang sejarah dari spritualitas Kristiani, lebih kurangnya. Sebagai contohnya, masa klasik Greco-Roman, yang telah di-Kristenisasi oleh kebijaksanaan para Bapa Gereja, secara khusus menanamkan hikmat dan kebijaksanaan sebagai pokok dari kedewasaan manusia, dipahami dengan berbagai pengertian. Ahli filsafat dan teologi Kristen pada masa Gereja perdana memperkaya pandangan ini, menunjukkan keunggulan dari nilai luhur teologi, terutama kasih, yang mengikat semuanya menjadi satu dalam keselarasan sempurna, [8] sebagaimana yang dikatakan Santo Paulus, dan memberi bentuk pada semua hari dan masa kita sekarang, penelitian mengenai kedewasaan manusia telah dilengkapi dengan berbagai sudut pandang berbeda yang ditawarkan oleh ilmu modern. Temuan-temuan tersebut berguna sejauh dimulai dari pandangan pribadi manusia yang terbuka pada pesan Kristiani. Maka dari itu, beberapa cenderung membedakan tiga kunci dasar dari kedewasaan intelektual, emosional, dan sosial. Ciri penting dari kedewasaan intelektual meliputi konsep diri yang memadai dengan kedekatan hubungan antara bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri dan bagaimana realitas seseorang itu, dengan dasar yang kuat dari kejujuran terhadap diri sendiri; tujuan dan capaian yang didefinisikan dengan jelas, dengan cakrawala yang terbuka dan tidak terbatas; kumpulan nilai yang selaras; kepastian etik dan moral; suatu realisme sehat dalam hubungan dengan pribadi dan orang lain; kemampuan untuk analisis reflektif dan tenang terhadap permasalahan; kreativitas dan inisiatif; dan ciri dari kedewasaan emosional, tanpa bermaksud untuk berpanjanglebar, meliputi reaksi seimbang terhadap kejadian-kejadian dalam hidup, tanpa dilemahkan oleh kegagalan atau menjadi tidak realistis setelah keberhasilan; kapasitas untuk kontrol diri yang fleksibel dan membangun; kemampuan untuk mencintai dan memberikan diri dengan murah hati kepada sesama; kepercayaan diri dan keteguhan dalam membuat keputusan dan komitmen; ketenangan dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan kesulitan; optimisme, suka cita, keramahan dan rasa humor yang sebagai unsur-unsur dari kedewasaan sosial, kita temukan sebuah ketulusan kasih sayang kepada yang lain, menghormati hak mereka, dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan mereka; menjadi pengertian pada saat menghadapi perbedaan pendapat, nilai, atau budaya, tanpa jatuh dalam prasangka negatif; kebebasan dan sikap kritis menghadapi budaya, tekanan kelompok, atau gaya yang dominan, kewajaran dalam sikap seseorang yang menuntun pada bersikap tidak melulu konvensionalis ikut arus; kemampuan untuk mendengarkan; kemampuan untuk bekerja dengan orang menuju kedewasaanKita dapat merangkum karakter ini dengan mengatakan bahwa orang yang dewasa dapat membangun proyek hidup yang mulia, jelas, dan masuk akal, dengan pandangan positif yang dibutuhkan untuk dapat melakukannya kapanpun. Dalam segala hal, kedewasaan adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, dan melewati berbagai kejadian dan tingkatan. Kedewasaan tumbuh secara bertahap, walaupun kejadian yang spesifik dalam kehidupan seseorang dapat membawa kemajuan yang pesat. Sebagai contohnya, kelahiran dari anak pertama adalah sebuah kejadian penting dimana dapat secara tiba-tiba menyadarkan orang pada kesadaran dari tanggung jawab yang baru atau. Atau mengalami kesulitan ekonomi serius dapat menghasilkan suatu evaluasi baru dari apa yang benar-benar penting dalam kehidupan dan rahmat untuk mengubah adalah factor signifikan dalam jalan menuju kedewasaan. Kita melihatnya lebih baik dalam Orang Kudus yang dikenal baik memiliki prinsip yang tinggi, pendirian yang kuat, kerendahan hati mereka konsep diri yang paling memadai, kreatifitas dan inisiatif mereka yang tidak terbatas, kapasitas mereka untuk berkorban dan kasih tercermin dalam perbuatan, optimisme mereka yang menular, keterbukaan mereka yang efektif dan universal, nyata dalam semangat kerasulan mereka. Sebuah contoh yang jelas adalah kehidupan dari Santo Josemaria, yang dari mudanya merasakan peran rahmat dalam memperkuat kepribadiannya. Sekalipun menghadapi banyak kesulitan, sewaktu masih cukup muda dia merasakan di dalam dirinya kedamaian hati yang luar biasa. “Aku percaya bahwa Tuhan telah memberikan di dalam jiwaku sebuah karakteristik kedamaian – sebuah kemampuan untuk merasakan damai dan memberikan damai – menilai dari apa yang aku telah lihat dari orang yang pernah aku temui atau bimbing.” [9] Sebuah kalimat dari Kitab Mazmur sangatlah sesuai berlaku untuk dia Super senes intellexi quia mandata tua quaesivi [10] Aku memiliki pengertian lebih daripada para tetua, karena aku telah memegang perintah-perintah-Mu. Tetapi semua ini sangatlah sesuai dengan realita dari kedewasaan yang biasanya diperoleh dari waktu ke waktu, melewati kegagalan dan keberhasilan yang adalah bagian dari tindakan dari Penyelenggaraan kepada rahmat dan waktuWalaupun seringkali terlihat jelas ketika seseorang telah mencapai tingkat tertentu dari kedewasaan hidup, tugas untuk untuk memperbaiki jalan hidup seseorang adalah tugas seumur hidup. Pengetahuan diri dan menerima karakter diri sendiri akan memberikan kita damai yang dibutuhkan agar tidak berkecil hati dalam berusaha. Ini tidak berarti menjadi puas dengan apa yang telah kita capai. Lebih kepada mengenali bahwa kekudusan heroik tidak perlu memiliki kepribadian yang sempurna atau menginginkan sebuah jalan hidup yang ideal. Kekudusan membutuhkan kesabaran dari pergumulan sehari hari, menyadari kesalahan kita, dan meminta pengampunan.“Kisah nyata dari kehidupan para pahlawan Kristiani menyerupai pengalaman diri kita sendiri mereka berjuang dan menang; mereka berjuang dan kalah. Lalu, dengan sikap tobat, mereka kembali menjadi tenang.” [11] Tuhan melihat upaya kita secara terus menerus sepanjang waktu untuk memoles cara hidup kita. Seperti ketika seseorang memberitahukan kepada pelayan Tuhan Dora del Hoyo menjelang akhir hidupnya “Dora, tidak ada seorangpun yang melihat kamu dan percaya apabila mereka melihat kamu seperti sekarang ini! Kamu seperti orang yang berbeda.” Dia tertawa, mengetahui dengan jelas apa yang aku maksudkan.” [12] Orang ini membantu Dora untuk mengenali bagaimana, dari tahun ke tahun, karakter dia telah mencapai tingkatan dari ketenangan hati yang membuat dia berbalik dari temperamen yang keras. Di dalam upaya ini kita selalu bergantung kepada bantuan dari Tuhan kita dan perhatian keibuan Maria “Bunda kita melakukan itu untuk kita. Maria membantu kita untuk bertumbuh secara manusiawi dan dalam iman, menjadi kuat dan tidak menyerah kepada pencobaan menjadi orang dan orang Kristen yang dangkal, tetapi untuk hidup bertanggung jawab, selalu meningkat menuju apa yang tertinggi.” [13]Dalam editorial selanjutnya, kita akan mempertimbangkan berbagai macam aspek dari pembangunan karakter, dan menunjukkan beberapa ciri kunci dari kedewasaan Kristiani. Kita akan mengkontemplasikan pada bangunan dimana Roh Kudus membangun dalam jiwa kita, dengan kerja sama aktif dari kita. Dan kita akan melihat pada berbagai karakteristik yang diperlukan dari pondasi untuk memastikan struktur yang kokoh, dan memperbaiki celah yang mungkin timbul. Sungguh tantangan yang menarik untuk menempa kepribadian yang mencerminkan wajah Kristus Yesus!Bapa Gereja Santo Agustinus mengatakan “selama kita hidup, kita berjuang. Dan selama kita berjuang, itu adalah tanda bahwa kita tidak terkalahkan dan Roh yang baik ada di dalam kita. Dan apabila kematian tidak menemukan engkau sebagai seorang pemenang. Dia akan menemukan engkau sebagai seorang pejuang.”[1] St Yohanes Paulus II, Ensiklik Redemptor hominis, 4 Maret 1979, 10.[2] Efesus 413.[3] Santo Josemaria, Friends of God, 75.[4] Santo Josemaria, The Forge, 468.[5] Matius 138.[6] Santo Josemaria, The Way, 947.[7] Santo Josemaria, The Way, 496.[8] Kolose 314.[9] Santo Josemaria, Intimate Notes, no. 1095, dikutip dalam Andrés Vázquez de Prada, The Founder of Opus Dei, vol. I, Scepter, New York 2001, p. 481.[10] Mazmur 118 Vulgata.[11] Santo Josemaria, Christ is Passing By, 76.[12] Recollections of Rosalia Lopez Martinez, Rome, 29 November 2006 AGP, DHA, T-1058, dikutip dalam Javier Medina. Dora del Hoyo, A Lighted Lamp. Scepter, London-New York 2014, p. 94.[13] Paus Fransiskus, Homily before the image of Sancta Maria Salus Populi Romani, 6 Mei 2013. Lori Official Writer Dari Kejadian hingga Wahyu, kita bisa menemukan betapa kayanya Alkitab akan beragam kisah dan peristiwa-peristiwa besar yang memotivasi, memberi pesan dan mengungkapkan tentang sosok Allah. Di beberapa bagian, kita pasti menemukan kisah-kisah yang menimbulkan rasa takut. Seperti bagaimana Tuhan menunjukkan murka-Nya kepada suatu bangsa dengan membinasakan mereka karena perbuatan-Nya. Terkesan mengerikan memang, dimana kita akan menilai kalau Tuhan itu adalah sosok yang kejam dan otoriter. Tapi jika kita kembali mempelajari isi Alkitab secara menyeluruh, kita bisa mengambil satu benang merah bahwa bahkan dalam keadaan buruk sekalipun, Tuhan selalu menyatakan kehadiran-Nya. Setiap tindakan-Nya adalah bukti kasih yang nyata atas umat-Nya. Dia mau kita hidup benar sesuai dengan firman-Nya. Karena itulah Dia memberikan kita beberapa contoh betapa mengerikan-Nya hidup dalam dosa. Melalui peristiwa-peristiwa mengerikan dalam Alkitab, Tuhan mengingatkan supaya kita mau taat mengikuti kehendakNya dan menjadi partner kerja untuk membangun kerajaanNya. Dari keseluruhan isi Alkitab, ada 3 kisah paling mengerikan yang tercacat di sana. 1. Kejadian Air Bah Bencana alam yang dahsyat pernah terjadi di Alkitab saat zaman Nuh. Peristiwa ini tercatat di Kejadian 6. Tuhan merencanakan banjir ini terjadi karena keadaan manusia saat itu yang sudah sangat bobrok. Dia memutuskan hanya akan menyelamatkan Nuh dan keluarga. Tuhan sendiri telah memerintahkan Nuh jauh hari sebelumnya untuk membuat sebuah perahu besar yang akan diisi oleh beraneka ragam hewan. “Berfirmanlah Allah kepada Nuh "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.” Kejadian 6 13-14 Saat waktunya tiba, Tuhan pun menurunkan hujan yang lebat. Air yang tak henti-henti membuat seisi bumi tenggelam. Tak satupun orang di daratan yang selamat, kecuali Nuh dan seluruh keluarganya. Bayangkan bagaimana mungkin Tuhan melenyapkan semua manusia dan makhluk hidup yang diciptakanNya dengan air bah. Namun di tengah peristiwa pemusnahan besar-besaran itu, hati Tuhan tetap penuh kasih kepada Nuh karena ketaatan dan kesetiaan-nya. Dia menunjukkan kasih karunia-Nya kepada Nuh dan mengizinkan mereka untuk menjadi mitra kerja-Nya dalam membangun kembali peradaban manusia yang baru. “Dan air itu sangat hebatnya bertambah-tambah meliputi bumi, dan ditutupinyalah segala gunung tinggi di seluruh kolong langit, sampai lima belas hasta di atasnya bertambah-tambah air itu, sehingga gunung-gunung mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta semua segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu.” Kejadian 7 19-23 Itu adalah peristiwa air bah terbesar pertama sekaligus yang terakhir yang dilakukan Tuhan. Karena setelah air surut, Tuhan sendiri berjanji tidak akan pernah menghancurkan bumi dengan cara yang sama. Janji itu dimateraikan dengan terbitnya pelangi. Baca Juga Ini Bukti Bahwa Air Bah di Jaman Nuh Pernah Ada 2. Kisah Ananias dan Safira Ananias dan Safira adalah pasangan suami istri yang menjadi bagian dari anggota gereja mula-mula di zaman Perjanjian Baru. Keduanya harus berhadapan dengan murka Tuhan akibat tindakan penyelewengan uang yang mereka lakukan. “Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Petrus berkata "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?” Kisah Para Rasul 5 1-3 Teguran Paulus ini pun berujung pada dua peristiwa mengerikan yang hari yang sama. Saat Ananias menyangkali perbuatannya di depan Paulus, tiba-tiba tubuhnya jatuh ke tanah dan meninggal Kisah Para Rasul 5 4. Berselang tiga jam kemudian, istrinya Safira masuk. Lalu Paulus melontarkan pertanyaan tentang penjualan tanah yang dilakukan suaminya. Sekalipun Safira berkata jujur, Tuhan tetap menghukum dia dengan mencabut nyawanya seketika itu juga Kisah Para Rasul 5 7-10. Kalau dipikir-pikir, kisah kematian Ananias dan Safira yang terkesan kejam membuat kita berpikir kalau Tuhan itu bukan pribadi yang maha pengampun. Tapi melalui kisah ini, Tuhan ingin menyampaikan betapa pedulinya Dia dengan cara hidup kita. Tuhan selalu peduli dengan kemurnian hati kita. Dan untuk mencegah kita melakukan penyelewengan yang sama, Tuhan memakai Ananias dan Safira sebagai pelajaran bahwa setiap tindakan kejahatan akan selalu disertai dengan konsekuensinya. Baca Juga Belajar Tentang Pengaruh Seorang Isteri Dari Kisah Ananias dan Safira di Alkitab! 3. Lazarus yang Bangkit Dari Kematian Kisah kebangkitan Yesus dari kematian adalah sejarah yang paling penting bagi kekristenan. Kisah ini juga tertulis di Alkitab. Tapis elain Yesus, rupanya ada sosok lain yang mengalami kebangkitan dari kematian setelah empat hari lamanya dikubur. Dia adalah Lazarus yang tertulis dalam kitab Yohanes 11. Saat itu, Lazarus dikenal sangat dekat dengan Yesus. Tapi Lazarus sempat jatuh sakit dan meninggal. Menurut adat istiadat di masa itu, orang yang meninggal harus dibungkus dengan kain dan dibaringkan di dalam kuburan yang terbuat dari gua. Yesus tahu soal kematian itu. Tapi Dia menunggu untuk bisa pergi ke kediaman Lazarus. Dia pun mengajak para murid untuk pergi melayat ke sana. Apa yang terjadi selanjutnya sangat mengejutkan. Saat Yesus berada di depan kubur, dia dengan nyaring memanggil Lazarus, menyuruhnya keluar dan dia pun keluar dengan keadaan seluruh tubuhnya dibungkus oleh kain. Bayangkan jika kita ada di antara orang yang menyaksikan peristiwa ini. Kita pasti tidak akan percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana mungkin Lazarus yang sudah meninggal kembali hidup? Rasa tidak percaya itu berubah menjadi kekaguman mendalam terhadap Yesus. Dia sendiri memakai peristiwa kebangkitan Lazarus sebagai kesaksian dari kuasa Tuhan dan membawa banyak orang untuk mempercayai-Nya sebagai Mesias yang diutus Allah. Peristiwa ini pun membuat nama Yesus dikenal luas di masa itu. Baca Juga Kematian Adalah Bagian Dari Kehidupan Tuhan selalu bekerja di tengah manusia dengan cara-Nya yang tak terduga. Tuhan akan memakai peristiwa mengerikan jika memang hal itu yang membuat banyak orang berbalik kepada-Nya. Dan Dia juga bisa memakai peristiwa yang menakjubkan jika itu adalah hal yang membuat manusia percaya pada kuasa-Nya. Tapi sekejam apapun tindakan yang Tuhan lakukan di dalam Alkitab, semua itu punya alasan, maksud dan tujuan yang baik. Tuhan yang kita percaya adalah pribadi begitu mengasihi kita. Jadi, mari memetik pelajaran baik dari setiap peristiwa ini. Sumber Halaman 1 Kesalahan terutama pemahaman orang Kristen terhadap Trinitas adalah minimnya pemahaman hakikat Allah. Allah selalu dibayangkan dalam wujud tertentu. Hal ini akan membawa kita dalam memahami Allah dalam wujud fisik, bukan metafisika. Akibatnya pemahaman akan Allah hanya terbatas dalam ruang dan waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu, sehingga Dia tidak terbatas oleh ruang dan akan mulai membahas hakikat Allah dengan pertanyaan “Siapakah yang menciptakan Allah? ”Dari mana Allah ?Ketika ada yang bertanya, “siapa yang menciptakan Allah ?”Kita harus menjawab “Tidak ada yang menciptakan Allah.”Mereka berpikir “Tidak mungkin, seharusnya sesuatu ada akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Kita menjadi ada karena pernah diciptakan. Allah juga harus ada karena pernah ada sesuatu yang membuat Dia ada.”Mereka menggunakan hukum rasio / sebab-akibat untuk bertanya tentang apakah / siapakah yang membuat Allah harus kembali bertanya “Kalau begitu, siapa / apa yang menciptakan hukum rasio / sebab-akibat ? Sejak kapan hukum sebab akibat itu ada ? Dan bagaimana bisa ada ? ”Mereka menjawab “Hmm.. mungkin itu ada dengan sendirinya tanpa diciptakan.”Kita harus menjelaskan “Berarti sangat mudah untuk memahami bahwa Allah sudah ada sejak semula tanpa diciptakan.”Bagi saya argumen yang salah jika menyatakan rasio tidak diciptakan. Sebab-akibat ada karena ada ruang dan waktu. Rasio menyatakan “Ada sesuatu berdasarkan ruang yang terjadi berdasarkan waktu.” Sedangkan ruang dan waktu itu pernah tidak ada, dan menjadi ada setelah diciptakan oleh Allah.”Grafik Dimensi dari Sebab-AkibatKita percaya Allah adalah Pencipta segalanya. Allah selalu ada, tidak pernah ada waktu dimana Allah tidak ada. Ada dua hal yang harus kita pahami di dalam hidup ini, yaitu tentang Pencipta dengan Hakikat / SubstansiSubstansi / esensi / hakikat / natur adalah sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri ada karena dirinya sendiri, dan tidak memerlukan hal lain untuk ada. Sebagai contoh unsur oksigen ada dengan sendirinya tidak memerlukan sesuatu lain di luar dirinya. Sedangkan air terdiri dari hidrogen dan oksigen, maka disebut gabungan / campuran dari dua natur. Begitu juga mengenai Allah, Allah adalah substansi sekaligus Pribadi. Bahasa asli dari esensi ini dalam mendefinisikan Allah adalah Ousia dalam bahasa Yunani atau dalam bahasa Arab yang digunakan orang Islam adalah Pencipta dan CiptaanPencipta adalah sesuatu yang menciptakan dan tidak diciptakan. Karena Pencipta tidak pernah diciptakan, maka tidak ada momen di mana Pencipta tidak ada. Pencipta selalu ada. Pencipta menciptakan sesuatu dari ketidakadaan menjadi ada. Bayangkan di mana segala sesuatu belum diciptakan, Allah sudah ada di dimensi tak terbatas, yang tidak bisa dilampaui oleh pikiran ada di Dimensi AllahPenciptaan adalah menciptakan sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada dengan 1 1 Pada mulanya Allah menciptakan ברא‬ — bara, menciptakan sesuatu dari ketiadaan langit dan 26 7Allah membentangkan utara di atas kekosongan תֹּהוּ — to hu, dan menggantungkan bumi pada kehampaan בְּלִי־מָה — beli mah, ketiadaan.Maka pada momen penciptaan, Allah menciptakan ciptaan dari ketidakadaan creatio ex nihiloAllah menciptakan dengan Firman-Nya. Dalam hal ini bukan berarti Firman Allah berubah menjadi ciptaan, tetapi ciptaan itu ada dari ketidakadaan dari Firman. Dalam penciptaan tidak dibutuhkan bahan baku yang berubah wujud, tetapi segala sesuatu menjadi ada dari ketidakadaan. . Ciptaan tidak berasal dari unsur Allah yang berubah menjadi sesuatu tetapi berasal dari ketidakadaan. Karena jika Firman berubah wujud menjadi ciptaan, maka ciptaan adalah Allah karena memiliki “hakikat Allah”, itu sama sekali salah !Firman membuat ciptaan menjadi ada dari ketiadaanCiptaan adalah sesuatu yang diciptakan. Ciptaan pernah tidak ada dan menjadi ada karena diciptakan dari ketidakadaan. Ciptaan tidak pernah bisa menciptakan. karena ciptaan tidak sanggup mengadakan sesuatu dari ?? Pakai perumpamaan singkat saja Hanya Allah yang sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Sedangkan ciptaan manusia, binatang, alam, dll tidak sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Tetapi ciptaan mampu merubah / mengonversi / menjadikan sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang lain. Misal Cabai diolah oleh alam dari biji menjadi pohon cabai, pohon cabai bisa besar karena menyerap energi alam. Alam tidak bisa mengeluarkan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai baru bisa muncul pohon cabai. Manusia juga tidak bisa menciptakan cabai, tetapi manusia bisa mengolah cabai menjadi sambal. Manusia tidak bisa mengadakan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai yang semula diciptakan oleh St. Dionysius the Areopagite berkata mengenai Allah dan adalah sebab dan muasal dari segala sesuatu, esensi dari semua esensi, pemberi kehidupan bagi setiap yang hidup, alasan dari semua sebab-akibat, pemberi kecerdasan dari semua makhluk cerdas,…Perbandingan Natur Pencipta dengan CiptaanPada titik ini, kita bisa membandingkan bahwa jauh sekali antara Allah dengan ciptaan, yaituMelihat tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang memiliki sifat yang di kiri adalah Allah dan hanya Allah, sedangkan segala sesuatu yang di kanan adalah Ciptaan. Sebagai contohJika ada sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada, pastinya itu CiptaanJika ada sesuatu yang punya kuasa tidak terbatas, pastinya itu adalah sesuatu itu adalah Allah, maka Dia tidak bisa dibagi-bagi atau dipisahkan, dikalkulasikan. Pencipta juga tidak dapat membelah diri atau kehilangan apapun dari diri-Nya. Trinitas bukanlah pembagian Allah, atau Allah kurang lengkap sehingga sepertinya Allah adalah gabungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang tidak sempurna menjadi sempurna. Seperti yang dikatakan dan direnungkan oleh St. John Damascus dalam bukunya The Fount of Knowledge The Exact Exposition of Orthodox Faith Book 1 Chapter XI,For when I think of one of the subsistences, I recognise it to he perfect God and perfect essence but when I combine and reckon the three together, I know one perfect God. For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and InfinityMaka saya suka memakai perumpamaan filsafat mengenai infinity. Infinity bukan angka, bukan bilangan. Infinity sebenarnya adalah konsep filsafat untuk memahami sesuatu yang bersifat tak terbatas / tidak dapat dihitung atau dijangkau dengan pikiran manusia. Infinity tidak memiliki ujung angka negatif permulaan dan tidak memiliki ujung angka positif akhir. Kita tidak perlu menemukan awal dan akhir dari infinity, tetapi kita hanya perlu paham bahwa hakikat infinity adalah tidak berawal dan tidak tidak bisa dikalkulasikan. Sebagai contohberapakah hasil Infinity + 6 ??Jika Anda menjawab infinity maka jawaban tersebut kurang tepat tetapi tidak juga salah. Bagi sebagian matematikawan berkata bahwa infinity tidak bisa dikalkulasikan, hanya sebuah konsep filosofis saja. Andaikata ada suatu angka yang bernilai limit mendekati infinity, maka jawaban perhitungan ini adalah infinity. Tetapi kita bisa menganggap bahwa infinity tidak perlu ditambahkan apapun, karena dia sudah lengkap dan tidak memerlukan hasil infinity / 6 ??Jika Anda menjawab hasilnya adalaha 1/6 infinity maka Anda salah besar. Karena definisi infinity adalah tidak bisa dikalkulasikan. Infinity tidak bisa berkurang maupun juga mengenai Allah. Dalam konsep filsafat ini kita bisa mengenal bahwa Allah adalah tanpa batas, sehingga tidak mungkin mengalkulasikan Allah. Trinitas bukan berarti Allah terbagi menjadi tiga, atau tiga Allah yang bergabung menjadi satu Allah yang infinity. Trinitas bukanlah infinity + infinity +infinity karena Allah tidak memerlukan penjumlahan seakan-akan Dia the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound God. — St. John DamascusPenjelasan mengenai Pribadi Allah dalam Trinitas ini akan saya jabarkan di part Dimensi Allah dengan Dimensi KitaKita tak akan bisa memahami dimensi Allah, karena Allah ada di dimensi yang tak terbatas / infinity. Sebagai perumpamaan, kita harus mempelajari logika metafisika SemutBagaimana, sudahkah dimengerti?Umpama bagi semut yang tinggal hanya dua dimensi, ketiga ada makhluk tiga dimensi yang meletakkan permen dari sumbu Z, maka tiba-tiba akan muncul permen entah dari mana dari sudut pandang semut. Semut tidak bisa menoleh ke atas atau bawah, sehingga tidak bisa melihat tangan yang meletakkan permen dari sumbu Z atas / bawah.Demikian juga kita dalam memahami Allah. Adanya dimensi yang jauh lebih tinggi dari kita membuat kita tidak bisa memahami secara utuh pekerjaan Allah dan dimensinya. Kita hanya perlu percaya dengan apa yang Allah nyatakan di hidup kita, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang imanen, yaitu Allah yang menyatakan diri-Nya bagi ciptaan yang serba kita belajar mengenai hakikat Allah, maka kita akan belajar mengenai Allah yang Esa. Next move out to the next Topic → Memahami Allah yang Esa erickowijoyo/memahami-keesaan-allah-ef19d97f2e53.

bukti tuhan itu ada menurut kristen